Friday, December 30, 2016

SELAMAT TAHUN BARU 2017...



ASSALAMUALAIKUM...


SYUKUR ALHAMDULILLAH 2016 MEMBAWA REZEKI YANG MENGGEMBIRAKAN PI DALAM BIDANG PENULISAN....DAPATLAH DIJADIKAN KENANGAN...MUNGKIN SEBENTAR SAJA NAMUN TIDAKLAH MENGAPA...

MENGIMBAUNYA

Tinta OKU ukir aksara lepasi cabaran 2016

1.  Antologi sajak AIDILFITRI terbitan   SPTA Tabir Alam - 2016
2.  Antologi SONETA ALLEGORI terbitan SPTA Tabir Alam – 2016
3.  Antologi HAIKU SAYEMBARA terbitan SPTA Tabir Alam – 2016

Terima kasih sifu TABIR ALAM

4. Antologi BICARA LANGIT KEPADA AWAN terbitan BeTA – 2016
5.  Antologi SAJAK HIJRAH MERDEKA terbitan BeTA – 2016
6.  Antologi C2N RAJAQNA terbitan BeTA – 2016
7.  Antologi PUISI NASIHAT NIKAH KAHWIN BeTA – 2016

Terima kasih ustaz ILHAMI HISHAM

8.  Antologi sajak KAMPAR - BANDAR-BANDAR DI PERAK terbitan Karyawan Perak – 2016
9. .  Antologi sajak IPOH - BANDAR-BANDAR DI PERAK terbitan Karyawan Perak – 2016
10  Antologi sajak SG.SIPUT - BANDAR-BANDAR DI PERAK terbitan Karyawan Perak – 2016
11.  Antologi sajak PARIT - BANDAR-BANDAR DI PERAK terbitan Karyawan Perak – 2016
12.  Antologi sajak BAGAN DATOH - BANDAR-BANDAR DI PERAK terbitan Karyawan Perak – 2016
13.  Antologi sajak BATU GAJAH - BANDAR-BANDAR DI PERAK terbitan Karyawan Perak – 2016
14.  Antologi sajak SELAMA - BANDAR-BANDAR DI PERAK terbitan Karyawan Perak – 2016
15.  Antologi sajak PARIT BUNTAR- BANDAR-BANDAR DI PERAK terbitan Karyawan Perak – 2016
16.   Antologi sajak TANJONG MALIM - BANDAR-BANDAR DI PERAK terbitan Karyawan Perak – 2016
17.  Antologi sajak GERIK - BANDAR-BANDAR DI PERAK terbitan Karyawan Perak – 2016

Terima kasih Dr ZABIDIN

18. cerpen Warisan Moyangku hadiah kedua E-Sastera-Asean

Terima kasih Prof IRWAN ABU BAKAR

19. Sajak Jalur Gemilang Bahtera Merdeka hadiah ketiga SAYEMBARA SAJAK HIJRAH MERDEKA
BeTA

Terima kasih ustaz ILHAMI HISHAM

20. Syair Tanah Kita hadiah ketiga GEMA PATRIOT – DBP NIAGA

Terima kasih DBP NIAGA

  






Thursday, December 29, 2016

SOLAT DALAM PUISI...

ASSALAMUALAIKUM...

Sajak 1
SEJERNIH AIR

Kuangkat wuduk dengan kejernihan air mengalir
bukan mushammas bukan musataqmal bukan mutanajis
hanya air yang mutlak lagi putih lagi suci menyucikan
Bersumber air yang turun dari langit
air telaga air sungai air mata air
Sepasang tangan membasuh wajah
berkumur-kumur meluah reja bersisa
Jemari  membawa ke siku air berlalu
Ubun-ubun jemala minda disapa dinginnya
deria dengar kiri kanan disentuh juga
diakhiri kaki dan telapak dicuci pasti
Setiap laku dengan ulangan tiga
Seraya meraup doa
basmalah bersyahadah
Melangkah ke sejadah

Sajak 2
LAFAZ MUAZIN

Mencelahi damai alam hening
tasdiq fajar subuh membawa dzuhur
Yang luhur mengatur serahan jiwa
Di rumah-Nya masjid madrasah musolah
membawa asar tanpa gusar
Suara muazin lantang menyeru kalimah cinta
bertakbir seluruh jiwa raga
sambung menyambung tika maghrib yang sepi
menuju isyak sunyi seiring putaran galaksi
Inayah meresapi kolbu
tiada henti
Mayapada memohon kepada-Nya sekudus doa
agar langkah menuju kejayaan
sehingga akhirnya.

Sajak 3

DHUHA MENTARI SEPENGGALAH

Sinar suria menyuluruhi alam buana
membawa rahmat menerangi kegelapan
segala yang tercerok mahu tersudut
mentelah di kolbu yang dalam
pada setiap diri

Mengusung hajat impian hati
agar bukan sebuah mimpi dinihari

Mentari naik sepenggalah
titiplah doa demi dhuha
Biar dibawanya melepasi
petala langit berlapis tinggi
Segenggam mohon hajat
moga termakbul
Di permudah Allah rezeki melimpah
untuk dikongsi bersama ummat
mencicipi nikmat-Nya
dengan kesyukuran
berterusan


Sajak 4
QIAMULAIL

Kusyuk tawaduk bersujud dengan takwa
meluah resah rintih lara
menitiskan air mata dura
kala dinihari sunyi sepi membawa cahaya pelita
menerangi gelita di kuburan
Janji Allah tidak dusta
Segera lepaskan selimut
yang membalut kelesuan
Alam baqa bukan persinggahan
namun perjalanan panjang meniti titian sirat
Ke Mahsyar
Juga menggilap senjata malam bersepuh ratib doa kudus
Menunduk sujud menciumi sejadah
mengatur aksara indah
hanya kepada Khalik berpasrah
Qiamulail hingga terbuka tabir subuh
Jiwa yang kerdil hindari angkuh
meminta kepada-Nya
segala apa saja

Sajak 5
MUSAFIR

Bermusafirlah segenap penjuru alam
mengagumi kebesaran Ilahi maha indah
Yang menciptakan hanya dengan firman
Kun faya kun
Maka akan terjadilah
dengan jaya sempurna keindahannya
tidak terkata kelu lidah berbahasa
Langkah wisata ke cerok alam dunia
di mana saja dimulai dengan sujud menyembah Pencipta
membawa hasrat termakbul hajat
urusan perjalanan tiada gendala
dihalangi rintangan aral
Berwisatalah dari lembah yang pamah
hingga ke puncak gunung
menggapai langit berawan putih
Atau belayar di samudera tiada bertepi
luas saujana
menyelami dasarnya
membawa naik berbilang mutiara
Sebenarnya kita
sedang bermusafir di alam dunia
menuju negeri abadi
sehingga nafas terhenti

Sajak 6
DEMI WAKTU

Laksana pantas pedang mencencang
Laksana deras air terjun tiada putus
Laksana emas berbungkal
kerugian jika kehilangan
Segerakan waktu wajibnya berdiri dan sujud
mengadap Ilahi Rabbi
usah dilewati walau sedetik cuma
Usah hanyut dengan pesona dunia
Yang meleka memperdaya
Jangan semudahnya terlalai walau seketika
Demi waktu yang membawa takdir-Nya
Memuliakan hamba hamba yang beriman
lagi bertakwa
Beramal soleh setulus jiwa
Setepat masa perentah-Nya
Agar kita tidak menanggung penyesalan
Merugikan berat timbangan amal
Di hari pembalasan
Demi Waktu....
Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian 
kecuali orang yang beriman dan beramal saleh.

Sajak 7

ZIKIR MUNAJAT

Bermula isnin hingga jumaat
Penghulu hari penuh berkat
Berzikir bertasbih bermunajat.
Bermula Muharram hingga Zulkaedah
Zikir munajat tiada sudah
Bertawakal reda mengulit pasrah
Musim bunga Rammadan indah
Agar buahnya melimpah di jannah
Segalanya terpulang kepada-Nya
Akan takdir-Nya tiada daya menolaknya.
Dengan restu-Mu
Dengan rahmat-Mu
Hidup berkah selalu
Dapatlah bertamu ke rumah-Mu
Mekah almukaramah tanah suci beribadah haji
Madinatul munawarah menziarahi  makam jejak nabi
Tiada resah terusir gundah
Sambil berzikir tangan menadah
Subhanallah! Alhamdulillah! Lailahaillallah!
Allahhu akbar!
Allah Maha Besar!
Dalam doa munajat hikmat
Bersujud dalam ibadat.

Sajak 8

PERNYATAAN CINTA

Cinta kasih di hati di kolbu
dinilai dihargai jadi nawaitu
Cinta abadi teguh bersemi
hanya padamu kasih sejati
Kuseru kasih-Mu datang padaku
mesra cinta-Mu melerai sendu
Dinihari berkeluh-kesah
menyerah nasib menyerah resah
Berikan kasih berikan cinta
hanya pada-Mu aku meminta
Kasih-Mu tak pernah surut
selagi nadi masih berdenyut
Hanya pada-Mu yang Maha Agung
kuserah diri mohon berlindung
Suatu ketika cintaku tak putih
maafkanlah aku duhai Kekasih
Tiada lagi yang didamba
melainkan kasih-Mu ya Rabb semata.
Berzikir munajat jangan alpa
dalam sedar dalam lena


Sajak 9
MELUAH RASA

Keluhan itu luahan rasa
yang terbuku melukis rupa
Kuatkan semangat jangan mengalah
onak dan ranjau sudah diredah
Jangan tergesa menimbang keputusan
kehidupan ini adalah pengorbanan

Hidup ini laksana alam
ada siang ada malam
Ada gelita ada terang
ada surut ada pasang.

Demikian juga buruk dan baik
sifat bertukar turun naik
Laluilah  dengan bijaksana
terima ketentuan-Nya dengan reda

Berdoa bertawakal kepada Allah
hanya kepada-Nya kita berserah
 terlalu mengejar dunia
akan tertinggal kerana alpa

Seimbangkan dunia dan akhirat
pasti sejahtera berkat selamat
Di kampung halaman di dunia
sediakan bekal ke akhirat sana.
pertimbangan bjaksana
Agar segalanya sempurna bukan sekadar
mengeluh Cuma












Sajak 10

KEKASIH


Kekasih dicintai
memendam rasa
kelu lafaz
membisu


Sehati sejiwa
mengarca cinta
badai lalu
tempuhi


Kekasih seorang
di alam fana
bulat hati
cintai


Kekasih abadi
sejati murni
tulus ikhlas
Ilahi

Merindu terlalu
hajat bertemu
janji pasti
bersabar

lestari mendamba
kekasih dicinta
himpun rasa
merendah

demikian cinta
mengulit jiwa
lindung resah
berpasrah

Tawakal cintai
Ilahi Rabbi
relung hati
penuhi

Paridah Ishak
Selayang Utama
30 Dis 2016




Wednesday, December 28, 2016

SKRIP RANGKA..

ASSALAMUALAIKUM..

BAB 1

Dia memandu dengan perlahan. melepasi stesyen bas,  Pejabat Pos, Talikom dan akhirnya berhenti di lampu isyarat yang merah sebelum bergerak semula setelah lampu itu bertukar hijau. Wira ungu kelabu itu membelok pula ke jalan yang menghala ke kampungnya dan beberapa kampung felda yang lain.

Hujan merembas renyai dan angin berhembus halus menyentuhi wajahnya. Dingin. Daun-daun hijau kemilau jernih disinari cahaya mentari yang cerah kembali. Tadi situasi alamnya redup saja.
 Suara Raihan merdu bernasyid beralun daripada keset keretanya.

Kini sudah berada di beranda rumahnya menikmati flora indah alam yang menyegarkan sambil memicit-micit kakinya yang terasa lenguh kepenatan. Betisnya terasa sengal sekali.
Barangkali seharian tadi terlalu banyak menggerakkan otot kaki melaksanakan tugasan yang diberi penyelia tugasannya sebelum memandu pulang kereta Kancil kecilnya ke rumah yang agak jauh dari kampungnya.

Sambil memicit-micit dan mengurut kakinya dia tersenyum sendiri mengenangkan insiden lucu tika melakukan tugasan yang diberi pensyarahnya Dr. Nordin yang tegas tapi berwajah manis itu.

Seorang wanita sebayanya kelihatan kalut dan gelabah sekali tika dia dan temannya menghampiri gerainya.
"Tolonglah cik...janganlah roboh gerai saya...saya baru saja buat gerai ni nak berniaga. Saya orang susah cik...anak-anak ramai yang nak disara..."

Dia dan kawannya berbalas pandangan. Tersenyum pula. Susah juga mereka hendak mempercayai kenyataan wanita yang kelihatannya seusia diri mereka telah punyai anak-anak yang ramai mungkin.
.
"Kenapa kak? jangan risau...kami ni bukannya pegawai DEWAN BANDARAYA yang datang nak meroboh gerai kak. Kami ni daripada UPM Serdang buat kaji-selidik sikit tentang alam sekitar kat kawasan pinggir bandaraya ni. Dah penat berjalan menemuramah orang tekak pun rasa kering...itu yang kami berdua singgah kat gerai akak ni..."

"Begituke...kak ingatkan awak semua orang-orang DEWAN BANDARAYA tadi...hati dah tak sedap. bimbang saja gerai kak kena roboh. Akak ni orang susah. Anak-anak ramai, masih kecil dan perlu diberi makan minum, nak hantar ke sekolah, nak hantar ngaji, semuanya perlukan duit.
Tambah masa ni kos sara hidup tinggi dan semuanya dah mahal."

Hati wanita peniaga gerai itu bergejolak rusuh justeru meneka dia dan rakannya ada kaitannya dengan badan kerajaan itu kerana fail tebal yang berada di tangan mereka gamaknya.
"Kenapa kak risau sangat dengan orang-orang DEWAN BANDARAYA...kak tak ambil lesen berniaga kat sini kot?" Tanya Zulhilmi temannya.

"Kita nak berniaga mestilah mohon lesen berniaga kan. Dah banyak kali dipohon...tak adapun jawapannya...banyak sungguh kerenahnya..Kita ni nak cari rezeki halal...nak hidup. Bukannya nak mencuri...itupun jadi masalah.

Tapi kak tengok ramai juga warga asing dari Bangladesh, Indonesia, Myanmar, Siam yang berniaga di sini tak dikacaupun. Elok je mereka berniaga kaut untung hantar balik ke negara mereka. Tapi kita ni rakyat negara sendiri banyak pula halangan yang kena patuhi. Sudah kita berusaha mematuhinya dipandang remeh sambil lewa pula. Tak faham betul kak.."

Wanita itu melepaskan rungutan tentang tidak kesetabilan hidup dan situasi  yang melengkunginya kini.
Terasa belas pula hatinya mendengar keluhan peniaga gerai yang baru dikenalinya itu.

Perkenalan yang pada mulanya berdasarkan prasangka yang mengelirukan minda masing masing bertukar suasananya menjadi lebih manis dan mesra lantaran peniaga gerai itu seorang yang sangat ramah mengongsi ceritanya apa saja.

“Ada satu hari tu kak ni sakit dan tak dapat nak sediakan makan tengahari untuk keluarga, kak suruhlah anak kak gi beli. Adik tahu apa yang dibelinya? Nasi dengan ikan goreng, sayur sedikit, harganya enam ringgit.

Ikannya pula digoreng seekor tanpa dibuang isi perutnya. Ish! Tak lalu kak nak makan. Selama kak hidup tak pernah kak jumpa orang goreng ikan sekor sekor gitu. Adik agak siapa yang sanggup berniaga makanan main masak ikut suka gitu?

Mestilah kerja peniaga asing yang cara masak dan makannya tak sama dengan kitakan. Memandangkan rupa dan cara pemakaian mereka yang serupa macam kita, bertidung litup bagi yang perempuan tentu buat kita sangka mereka juga sama macam kita. Kecualilah kita tahu siapa sebenarnya mereka kan… ”

Dia dan Zulhilmi berbalas pandangan sambil tergelak sedikit mendengar kisah lucu tapi benar itu.
“Kalaulah rakyat tempatan tidak diberi peluang berniaga tentu orang kita terpaksa makan apa yang dijual kepada kita oleh warga asing ni. Sebab nak berniagapun banyak juga kerenah birokrasi yang terpaksa dilepasi. ” Sambung wanita itu lagi.
“Susah juga tu ya.” Ujarnya pendek.
“Adik berdua ni bila nak grad?”
“Tak lama lagi kak.” Balas Zulhilmi.
“Kami berdua ni sambung pengajian peringkat master.”

“Oh! Tentu tak jadi masalah nak dapat pekerjaan setelah graduat kan. Boleh jadi pensyarah atau apa saja. Taklah macam kak dan suami yang cuma belajar sampai ijazah pertama saja dan terpaksa pula berhenti kerja kerana syarikat tempat kerja kami dah balik negara mereka sebab tak mampu  nak tanggung kos operasi dengan keadaan ekonomi yang meleset sekarang ni.

Jadi untuk sara hidup terpaksalah kami berniaga dan membuat kerja apa saja. Masa ni bukan mudah nak dapat kerja. Apalagi yang bersesuaian dengan kelayakan diri kita. Syarikat swasta pun asyik buang pekerja saja nak jimatkan kos mereka.

Nak mohon kerja dengan kerajaanpun pesaingnya ramai dan hanya pilih suku sakat mereka saja. Orang yang tidak dikenali dan tiada mengena dengan mereka tak dipandangpun.” 

Dia dan Zulhilmi agak terkejut juga mendengar kenyataan itu walau dia tahu ramai juga antara rakan dan kenalan, saudara maranya yang berijazah universiti memilih berkerja sendiri iaitu berniaga secara kecil-kecilan mengikut kemampuan masing masing.

Dan ada juga yang menyara kehidupan dengan memandu teksi dan sanggup berkerja sebagai pengawal keselamatan. Yang penting kehidupan mesti diteruskan walau amat rencam. Mujur juga dia masih ada rezeki sebagai guru sandaran di sebuah sekolah berhampiran tempat dia menyambung pengajian peringkat ijazah sarjananya. Kalau tidak tentu amat sukar juga baginya mengatasi masalah kewangannya. Hendak mengharapkan bantuan emak ayahnya pun tidak dapat pula lantaran emak pun bukan dari kalangan orang berada juga. Hidup pun seadanya meraih rezeki pagi dan petang dengan mengharapkan hasil kebun sawit warisan keluarga emak.

“Entahlah kak! Nasib kami berdua pun tidak tahu lagi macamana agaknya. Moga senario ekonomi sekarang akan lebih baik dan rakyat negara kita akan lebih selesa kehidupan mereka dan tidak hanya beberapa orang saja yang senang tapi lebih ramai yang susah,” balas Zulhilmi seorang peguam yang telahpun miliki syarikat guaman sendiri.”

Tersenyum pula dia memandang Zulhilmi yang ternyata amat merendah diri itu. Seorang yang berperibadi mulia dan sering juga membantunya dalam banyak perkara. Dan terkenangkan kawan kawan yang rajin menggiatnya kerana keakraban hubungan mereka yang mesra.

Mengharapkan pula ada kesudahan yang membahagiakan kedua-duanya kelak. Tapi setahunya rakannya itu yang sedang berusaha mendapatkan sarjana Sains Alam Sekitar demi ilmu yang yang bersangkutan praktikal bisnisnya juga sedang mencari calon isteri yang akan diletakan di rumahnya saja.

Tempat seorang isteri itu baginya bukannya berkerjaya apa saja di luar rumah dengan meninggalkan tanggung- jawabnya di rumah. Justeru dia mampu memenuhi keperluan rumah tangganya dengan pendapatannya yang banyak itu.

Pandangan Zulhilmi itu langsung tidak disetujuinya. Masakan setelah bersusah payah belajar bersungguh matlamat yang menjadi wawasan selama ini sejak kecilnya dengan mudah saja diabaikan hanya kerana cintakan seseorang yang diletakan terlalu tinggi melebehi segalanya.
Menolak pandangan Zulhilmi bererti ia telah menghampakan harapan kawan-kawannya dan tentulah Zulhilmi juga yang dalam diam-diam telah menaruh hati kepadanya. Dia menyedari itu.

Tetapi tidak kuasa dirinya melupakan tanggung-jawab terhadap keluarganya yang mengharapkan bantuan kewangan daripadanya setelah dia berkerja kelak. Ingin juga dirinya merubah corak hidup ibu bapanya yang hidup seadanya kepada berada tanpa mengharapkan bantuan seorang suami yang kaya-raya.

Mungkin dia akan menjadi guru setelah berpengalaman sebagai guru sandaran selama ini. Temuduga untuk memasuki KPLI (KURSUS PERGURUAN LEPASAN IJAZAH) pun telah dihadirinya. Dia tidak bertekad untuk menjadi pensyarah walau ada pengalamannya sebagai tutor membimbing siswa-siswi peringkat diploma.

Masakini tidak boleh terlalu memilih pekerjaan yang sesuai dengan pengkhususan yang dipelajari di university semata. Padanya menjadi guru adalah perkerjaan mulia yang akan memberinya ganjaran pahala yang berkekalan dengan ilmu yang diberikannya diamalkan sepanjang kehidupan.

Dan memberinya peluang meraih banyak pahala kerana sering berpeluang membantu murid-muridnya yang dilanda masalah kehidupan sedaya-upayanya.
Soal jodohnya diserahkan kepada Allah pentuannya.

Mungkin yang layak menjadi calon suaminya adalah seorang yang berjawatan guru sepertinya juga. Kelak akan saling sefahaman kerana kerjaya yang sealiran. Nur syafikah tersenyum pula seolah membalas senyuman  sesaorang yang  bergentayangan di matanya.
Wajah seorang lelaki yang bersih dan berseri auranya lantaran amalannya sebagai guru yang mengajar pendidikan Islam di sekolah yang sama dengannya. Barangkali  lelaki itu adalah imam impiannya.