Thursday, October 19, 2017

SAJAK KATERPILAR

SAYEMBARA PUISI KATER-PILAR

DEDAUN HAYAT

 

                                                                                            Nun  

                               jua                                                               lihatlah

                                   di sana                                                          dedaunan hayat

                                       di situ  layu                                                  gugur satu satu kira

                                           di sini                                             olehmu akan jumlahnya

                                       pucuk                                      bukan semata hanya

                                 longlai                                      tujuh belas

                              relai                              helaian

                                ………..                malah beribu belas

menyapu air mata

belas

dedaun

hijau jingga emas ungu

bersatu dalam diam bahana gara corona

mutasi varian delta lambda

wangi kelopak

kemboja putih

temani

nesan

batu

kaku

bisu

dan esok dedaun hayat gugur lagi tika embun pagi sirna

dipanah mentari siang menitip duka berulang-ulang mengurung

dalam jeriji kersani karma

lalu termangu berteleku menulis karya di restoran

@Meja 17 saban hari dalam

diari doa

 

PARIDAH ISHAK

Desa Melor Serendah

28/7/021

1.
PUISI ROHANI MURNI
 Sajak 1.1
SEJERNIH AIR DINGIN

Kuberwuduk dengan kejernihan air mengalir
bukan mushammas bukan musataqmal bukan mutanajis
hanya air yang mutlak lagi putih lagi suci menyucikan
yang turun dari langit
air telaga air sungai air mata air
Sepasang tangan membasuh wajah
berkumur-kumur meluah reja bersisa
Jemari  membawa ke siku air berlalu
Ubun-ubun jemala minda disapa dinginnya
deria dengar kiri kanan disentuh juga
diakhiri kaki dan telapak dicuci pasti
Setiap laku dengan ulangan tiga
Seraya meraup doa
basmalah bersyahadah
melangkah ke sejadah
bersujud rela
demi Kekasih
Ilahi Rabbi dicinta pasti.

Paridah Ishak
Selayang Utama

Sajak 1. 2
LAGU MUAZIN

Mencelahi damai seluruh alam hening
tasdiq fajar Subuh membawa Dzuhur
luhur mengatur serahan jiwa
di rumah-Nya masjid, madrasah, musolah
membawa Asar tanpa gusar.
Suara muazin lantang menyeru kalimah cinta
bertakbir seluruh jiwa raga
sambung menyambung tika Maghrib  sepi
menuju Isyak sunyi seiring putaran galaksi
Inayah meresapi kolbu
tiada henti
Mayapada memohon kepada-Nya sekudus doa
agar langkah menuju kejayaan
sehingga akhirnya.

Sajak 1.3

DHUHA SINAR MENTARI SEPENGGALAH

Suria melimpah sinar menyuluruhi alam buana
aura membawa rahmat menerangi kegelapan
segala yang tercerok mahu tersudut
mentelah di kolbu yang dalam
pada setiap diri hamba-hamba-Nya.

Mengusung hajat impian hati
agar bukan sebuah mimpi dinihari

Mentari naik sepenggalah
titiplah doa demi Dhuha
Biar dibawanya melepasi
petala langit berlapis tinggi
Segenggam mohon hajat
moga termakbul
Di permudah Allah rezeki melimpah
untuk dikongsi bersama umat
mencicipi nikmat-Nya
dengan kesyukuran
berterusan

Paridah Ishak
Selayang Utama


Sajak 1.4
DINIHARI DALAM SUJUD

Kusyuk tawaduk bersujud dengan takwa
meluah resah rintih lara
menitiskan air mata dura
kala dinihari sunyi sepi membawa cahaya pelita
menerangi gelita di kuburan
Janji Allah tidak dusta.
Segera lepaskan selimut
yang membalut kelesuan
Alam baqa bukan persinggahan
namun perjalanan panjang meniti titian sirat
Ke Mahsyar.
Juga menggilap senjata malam bersepuh ratib doa kudus.
Menunduk sujud menciumi sejadah
mengatur aksara indah
hanya kepada Khalik berpasrah
Qiamulail hingga terbuka tabir Subuh
Jiwa yang kerdil hindari angkuh
meminta kepada-Nya
segala apa sahaja

Paridah Ishak
Selayang Utama

Sajak 1.5
JEJAK MUSAFIR

Bermusafirlah segenap penjuru alam
mengagumi kebesaran Ilahi maha indah
Yang menciptakan hanya dengan firman
Kun faya kun.
Maka akan terjadilah
dengan jaya sempurna keindahannya
tidak terkata kelu lidah berbahasa
Langkah wisata ke cerok alam dunia
di mana saja dimulai dengan sujud menyembah Pencipta
membawa hasrat termakbul hajat
urusan perjalanan tiada gendala
dihalangi rintangan aral.
Berwisatalah dari lembah yang pamah
hingga ke puncak gunung
menggapai langit berawan putih
Atau belayar di samudera tiada bertepi
luas saujana
menyelami dasarnya
membawa naik berbilang mutiara.
Sebenarnya kita
sedang bermusafir di alam fana
menuju negeri abadi
sehingga nafas terhenti

Paridah Ishak
Selayang Utama

Sajak  2.6
DETIK DEMI DETIK

Laksana pantas pedang mencencang
laksana deras air terjun tiada putus.
Laksana emas berbungkal
kerugian jika kehilangan.
Segerakan waktu wajibnya berdiri dan sujud
mengadap Ilahi Rabbi
usah dilewati walau sedetik cuma.
Usah hanyut dengan pesona dunia sementara
meleka memperdaya mengalpa.
mudahnya terlalai walau seketika kerugian terasa.
Demi waktu yang membawa takdir-Nya
memuliakan hamba hamba yang beriman
lagi bertakwa.
Diangkat darjat setingginya
amalan soleh setulus jiwa
Setepat masa perentah-Nya
agar kita tidak menanggung penyesalan
merugikan berat timbangan amal
di hari pembalasan.
Demi Waktu....
Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian
kecuali orang yang beriman dan beramal soleh.

Paridah Ishak
Selayang Utama

Sajak 1. 7

MENZIKIR DOA

Bermula Isnin hingga Jumaat
berzikir bertasbih bermunajat.
Bermula Muharram hingga Zulkaedah
zikir munajat tiada sudah
bertawakal reda mengulit pasrah.
Segalanya terpulang kepada-Nya
akan takdir-Nya tiada daya menolaknya.
Dengan restu-Mu
Dengan rahmat-Mu
Hidup berkah selalu.
Tiada resah terusir gundah
Sambil berzikir tangan menadah
Subhanallah! Alhamdulillah! Lailahaillallah!
Allahhu akbar!
Allah Maha Besar!
Dalam doa munajat hikmat
Bersujud dalam ibadat.

Paridah Ishak
Selayang Utama

Sajak 1. 8

SEUNTAI CINTA

Cinta kasih di hati di kolbu
dinilai dihargai jadi nawaitu.
Cinta abadi teguh bersemi
hanya pada-Mu kasih sejati.
Kuseru kasih-Mu datang padaku
mesra cinta-Mu melerai sendu.
Dinihari berkeluh-kesah
menyerah nasib menyerah resah
Berikan kasih berikan cinta
hanya pada-Mu aku meminta
Kasih-Mu tak pernah surut
selagi nadi masih berdenyut
Hanya pada-Mu yang Maha Agung
kuserah diri mohon berlindung.
Suatu ketika cintaku tak putih
maafkanlah aku duhai Kekasih.
Tiada lagi yang didamba
melainkan kasih-Mu ya Rabb semata.
zikir munajat takzim takwa
dalam sedar dalam lena.

Paridah Ishak
Selayang Utama


Sajak 1. 9
GELUNGAN RASA

Keluhan itu luahan rasa berbaur
yang bergulung di sukma  melukis rupa
tidak ketahuan.
Kuatkan semangat jangan mengalah
onak dan ranjau sudah diredah.
Jangan tergesa menimbang keputusan
kehidupan ini adalah pengorbanan

Hidup ini laksana alam
ada siang ada malam
ada gelita ada terang
ada surut ada pasang.

Demikian juga buruk dan baik
sifat bertukar turun naik
Laluilah  dengan bijaksana
terima ketentuan-Nya dengan reda

Berdoa bertawakal kepada Allah
hanya kepada-Nya kita berserah
 terlalu mengejar dunia
akan tertinggal segalanya.

Seimbangkan dunia dan akhirat
pasti sejahtera berkat selamat
Di kampung halaman di dunia
sediakan bekal ke akhirat sana.
Pertimbangan bijaksana
agar segalanya sempurna bukan sekadar
mengeluh cuma

Paridah Ishak
Selayang Utama

Sajak 10.1

KEKASIH SEJATI


Kekasih dicintai
memendam rasa
kelu lafaz
membisu.


Sehati sejiwa
mengarca cinta
badai lalu
tempuhi.


Kekasih seorang
di alam fana
bulat hati
cintai.


Kekasih abadi
sejati murni
tulus ikhlas
Ilahi.

Merindu terlalu
hajat bertemu
janji pasti
bersabar.

Lestari mendamba
kekasih dicinta
himpun rasa
merendah

Demikian cinta
mengulit jiwa
lindung resah
berpasrah

Tawakal cintai
Ilahi Rabbi
relung hati
penuhi

Paridah Ishak
Selayang Utama


2.
SAJAK KASIH SAYANG
SAJAK 2.1

SEBUAH KELAHIRAN

Sembilan bulan sepuluh hari belum pasti dikandung ibumu dengan lelahnya
Lalu dizahirkan susah payah bersalut darah melimpah
bertakwakal dengan takdir-Nya
berjuang hingga hujung nyawa.
melahirkan dikau beberapa kesakitan
berpantang pula minum dan makan.

Tatkala engkau melihat dunia raung tangismu berhiba-hiba
dengan segera bidan mencapai
sudah dimandikan lalu dipakai
tinggallah ibumu lemah gemalai, rebah terkulai.

Takbir dan qamat bersilih ganti bapa mengendong putera puteri
memohon doa ke hadrat Ilahi supaya selamat dunia akhirat
beramal ibadat menurut pesan nabi Muhammad.
..
Aduhai anak tersayang janganlah engkau durhaka.
Dengan kasih ibu dan Allah merestu akan sempurna urusan hidupmu
Tidak menjadi Tanggang yang disumpah menjadi batu.


Paridah Ishak
Ulu Jempol.

SAJAK 2.2
HATI BONDA

Putera-puteriku,
hadirmu buah cinta ayah bonda
bintang bersinar alam rumah-tangga menerangi jagat raya.
Semalam, ketika kau menangis mengundang risau dan bimbang
ketika kau senyum ceria… sirna segala duka bonda.
Kudakap tubuh kecilmu
Kau terlena di dada bonda
tanganmu melingkar di pundak bonda dalam kusut rambut. 
Kucium aroma wangimu sambil mengelus pipi gebu dengan sebuah harap
Kau tetap kecil dan montel sentiasa dalam pelukanku. 
Hari ini, kautelah dewasa menongkah arus
gelombang hidup penuh pancaroba
dan mulai melupai masa kecilmu.

Putera-puteriku, saat bonda meniti usia emas ini
dalam payah menempuh hidup tanpa kudrat
sakitnya, menangung kesakitan ini.
Dan  duka rasa sepi biarlah hanya sebuah mimpi
lewat lena dinihari.

Paridah Ishak
Selayang Utama

SAJAK  2.3

IQRA’

Bismillahhirrohmanirrohim.
Bacalah dengan basmalah demi nama Tuhanmu
Yang Rahim Yang Rahman
Yang Maha Pengasih Maha Penyayang
sebelum menadah telinga
membuka minda seraya mengadap wajah pendita aulia ulama
menulis nota ilmu, mengisi dada..
Menghafaz mengingat mengaji biar kekal terpahat.
Asal tahu daripada tidak tahu
ulangi baca jangan jemu
demi masa depanmu
yang gemilang yang cemerlang
sebagai anak-anak pewaris zaman.
Ilmu yang berkat bermenfaat diperoleh daripada ibu bapa, pendita, sifu, guru-guru berwibawa;
berterima kasihlah dan menjunjungnya tinggi di jemala
sambil tidak lupa iringkan doa kesejahteraan
buat yang memberi pengajaran sempurna.
Ukhrowi duniawi biar seimbang
agar dipengadilan Mahsyar tidak tumbang

Paridah Ishak
Selayang Utama


SAJAK  2.4

PESONA BAHASA

Aduhai anakku yang jelita
berbudi bahasa bermadah kata.
Alangkah indah alangkah molek
anak manis berwajah cantik.
Terpesona anggun perawan ayu
budi bahasa serlahkan dulu.
Lembut alun tutur bahasa
sopan santun pengikat kata.
Cair hati tumpah perasaan
lunak bahasa tambah menawan.
Budi bahasa budaya mulia
rupa diri bangsa sempurna.
Ke mana pergi di mana sahaja
budi bahasa kekal bersama.
Yang kurik kendi yang merah saga
yang cantik budi yang indah bahasa.

Paridah Ishak
Selayang Utama.
fACE
SAJAK 2. 5
SANTUNAN BUDI

Anakku
Sudah elok tingkah dan laku
lidah pula harus dijaga seperti pesan alim ulama sejak lama
agar berbicara saksama tidak melukakan, tidak menggusarkan apalagi mengaibkan
Tajamnya lidah laksana pedang memotong menghunjam dengan kejam
Meminjam kata peribahasa kita
kala berjalan kaki diperhati juga
takut tersadung terundang padahnya

Bermain bicara biar berpadan agar tidak menerbit rawan melukakan perasaan
kepada kawan mahupun lawan
Jangan berperi sesuka hati akan dikenang hingga mati
apalagi bicara berduri.
Bermanis bicara sesama hamba-Nya
dengan tulus ikhlas mengukir bahasa.
Dan segala kusut-masai urusan
pasti terlerai dan Allah mempermudahkan.
Insya-Allah.

Paridah Ishak
Selayang Utama

Sajak 2.6

PERJALANANMU

Telah kau harunginya dengan mati hati
menyisihkan onak durinya
meski kaki luka tertusuk
darah yang banyak mengalir bening
air mata pun deras menitis
gambaran duka di wajah polos

Kesakitan kesukaran bukan lukisan
yang bisa kau simbah warnanya ke kanvas
hanya memerahi dadamu dan seluruh kota hatimu.

masih jua ranjau itu dikuak
biar semakin ditepis semakin banyak
maka pujuklah hatimu anakku sambil berkata
ujian Allah jua, redha
walau air mata terus menitis
membawa rasa hiba.
Bersabarlah aduhai anak kerana kehidupan itu perjuangan
dan percaturan yang mengelirukan.

Paridah Ishak
Selayang Utama

SAJAK 2. 7

ZURIAT IBU.

Dia hampir ke sisi ibunya
kerana tangisnya, kerana lelahnya
kerana dahaganya, kerana laparnya

Pernahkah anak itu tahu
air mata ibu deras mengalir
kerana olahnya yang lepas laku?

Pernahkah anak itu tahu
akan terbuka hijab antara ibu dan Dia Yang Maha Tahu
akan siksa hati ibu membekam pilu
Sekiranya ibu mengadu dan berdoa
doa ibu akan terangkat ke atas aras langit tujuh petala 
andai ibu berkira tentang air matanya yang tumpah

Namun ibu hanya mendoakan
kemasyhlahatan penuh kebaikan
untuk waris yang lahir
daripada rahimnya

 Paridah Ishak
Selayang Utama

SAJAK 2.8

LORONG KEHIDUPAN INI

Walau ianya sementara destinasi akhirnya pasti
Dan laluilah segenap ceruk likunya
yang beronak duri dengan tegar amat
penuh semangat.
Rencah nya membubu rasa pelbagaian
resepinya adalah pilihan kita
yang jadi hidangan di meja kehidupan.
Lalu santaplah meski tidak berselera
Setelah itu bersandarlah di pohon Iradat
seraya mengucap syukur nikmat.
Alhamdulillah.

PARIDAH ISHAK
SELAYANG UTAMA.

SAJAK 2.9

MUSIM BUNGA CINTA

Alam cerah yang mempelangi hidupmu berwarna-warni.
Harapanmu mencorak bunga-bunga bahagia
bak jambak jambangan yang digubah dalam vas.
Sehari-hari menenun rindu pada keselesaan pengharapan
namun jangan sesekali  tergadai jiwa raga
dengan kesetiaan yang tulus jitu total.

Sedang penamatnya  hanya rentetan trajidi
yang tragis. Mungkin.

Sujudlah  bermohon doa istikharah
Agar Allah menganugerah yang didamba demi hidup bersama dia
pilihanmu  mengharapkan  bahagia dalam melestarikan cinta.
Kaupun dengan sabar menanti detik masanya itu anakku.
Jikalau hanya berlalu tanpa peristiwa yang direncana  biarkan saja.
Bukan takdir-Nya dia di sisimu
kelak akan kan kau belek lembar kenangan itu seraya tertawa.
Walau ternyata ada duka juga yang terhimpun lama

Paridah Ishak
Selayang Utama

SAJAK  2.10
PESANAN IBU

Aduhai anak-anak kesayangan ibu
pesanan ibu  secebis itu sematkan dikalbu.
Jadikan azimat yang berhikmat
kelak hidupmu beroleh nikmat beroleh rahmat.
Pesanan ibu pesanan biasa
pesanan ibu tua kepada anak-anak kesayangannya
Demi kasihnya demi sayangnya
sepanjang hidupnya hingga akhirnya.
Semoga pesanan yang diberikan
tidak hanya masuk telinga kiri lolos di kanan
digenggam kemas untuk amalan kehidupan
dunia ke akhirat lurus perjalanan.
Anak-anak memang bijaksana
berilmu tinggi pakar segala
kadang terleka terlalai juga
Saling mengingatkan tiada salahnya
moga tidak jadi keengganan buat menerima
pesan daripada seorang ibu tua yang renta ternyata
keuzurannya.

Paridah Ishak
Selayang Utama


3.
CITRA ALAM  FAUNA
SAJAK  3.1

PROSA KATAK KEPADA IKAN

Bicara katak kepada ikan,
janganlah termakan umpan
yang dilayang kail berjoran
kelak dirimu merana badan.

Kata katak kepada ikan lagi,
di atas darat kau menggelepar
perutmu dibelah  lalu dibakar
matilah kau justeru tidak sabar.

Tidak sabar menelan rezeki enak
yang sebenarnya beronak.

Katak memeri cerita sebak
tentang alam darat yang bergejolak.

Sifat umpan adalah umpan
ambil ibarat jadikan sempadan
tersentak kail sukar dilepaskan
sentiasa dimangsai mengikut kemahuan.

Pesanan katak kepada ikan
lewat pengalaman di dua alam
dalam air dan atas daratan.

Paridah Ishak
Selayang Utama

SAJAK 3. 2


PROSA KERBAU KEPADA KANCIL

Berjalanku di tepi sungai
airnya deras laju  menghilir
terlihat sang bedal tergeletak longlai
pohon  menghempap badan tergulir.
Tiada dayanya lolos  diri
 melolong merayu sang bedal minta  dilepaskan
sakit sukar diperi.
Timbul di hati rasa kasihan.
Dengan sepenuh kekuatan raga
pohon kuangkat lalu dihempaskan
sang bedal lega lepas siksaan.
Beban  sang bedal sudah dialih
pantas pula kakiku diraih
terkejut sungguh tanpa diduga
kuberi budi dibalas tuba.
Kebaikan tidak dibalas kebaikan jua
lihatlah  aku tikar usang tua
sudah buruk dihanyut pula
sedang budiku tidak terkira
menjadi hamparan tidur lena jenera.
Tikar mengkuang hanyut melantun bicara kala ditanya.
Kancil yang bijak memikir persoalan
keputusan tepat untuk penyelesaian.
Diminta menghempas bebanan kembali
baru cerita sebenar dipercayai.
Sang bedal menanggung kesakitan
akibat kebaikan dibalas kejahatan.
Kancil dan kerbau membuka langkah perlahan-lahan
bersyukur terlepas daripada kezaliman.

Paridah Ishak
Selayang Utama

SAJAK 3.3

BICARA SEMUT

Beratur semut di pagi hari
bergotong royong mengais rezeki
untuk kaum untuk diri bersatu hati
bersama-sama mencapai yang dihajati.
Sentiasa patuh arahan ketua di hadapan
“Tentera nabi Sulaiman alihissalam sedang berjalan
berhati-hatilah akan kalian
takut terpijak mati berserakan.”
Nabi yang mulia mendengarnya, memahaminya.
Tersenyum baginda mengagumi.
Semangat semut berkerjasama di antara mereka
mengukir takjub Subhanallah
keagungan Allah.

Paridah Ishak
Selayang Utama

SAJAK  3.4

GURINDAM BANGAU DAN RUMPUT

+ Bangau oh bangau kenapalah kurus sangat,
hidup pun tidak bersemangat.
-         Macam manalah aku tak kurus melidi,
rezeki disembunyi rumput yang tinggi
+ Rezeki tak datang bergolek melayang
Usaha sedikit barulah senang.
Selak akan rumput yang panjang
nampaklah ikan berenang-renang
-         Hai rumput hidup mu setempat,
subur sentiasa tidak melarat.
Rezeki yang banyak di dalam bumi
akar menjalar menyerap mencari.
Rezeki untukku belum lagi timbul
Di sinilah menantinya menjengul.
-          Hanya duduk saja di belakang kerbau
tanpa usaha asyik berkalau
nasihat diberi diabaikan
banyak pula alasan
moga tak mati sebab tak makan.

Paridah Ishak
Selayang Utama.

SAJAK  3.5

LEBAH DAN BUNGA

Permaisuri yang menguasai koloni menitahkan kaumnya
saling bekerjasama mencari nektar bunga-bunga.
Bantu merangsang pendebungaan
yang menghasilkan putik putik buah-buahan.
Segera pula pulang ke sarang untuk pengumpulan.
nektar yang manis daripada bunga-bunga harum,
bergizi tidak bisa mahupun beracun.
Dipilih daripada bunga bunga terbaik,
tanjung, siantan, kenanga, mawar tercantik.
Terhasillah madu teramat manis unik.
Kesukaan baginda Rasullullah.
amalan sunnah
rezeki anugerah Allah
yang mengandungi beribu kebaikan kesihatan
untuk kehidupan.
sebaik-baik pilihan menjadi suapan
biarlah yang perlu lagi halalan thoiyiban.

Paridah  Ishak
Selayang Utama

SAJAK 3. 6

HUD HUD MENGITARI BENUA

Alam benua saujana meluas
Hud hud terbang melintas puas.
Segenap ceruk ditelusuri hajat mencari info terkini.
Singgahsana raja dihinggapi,
terkesima dengan pentadbir negeri
Saba’ milik seorang puteri.
Puteri Balqis puteri jelita.
makmur negerinya aman sentosa.
Tidak sabar hud hud hendak bercerita
Kepada nabi Sulaiman as menyampai berita.
Akhirnya puteri Balqis disunting baginda nabi Sulaiman.
Beroleh kebahagiaan juga kejayaan dalam pemerintahan.
Hud hud dan burung burung
adalah lambang ziarah agung
Sambil mengepak sayap singgah merata pelosok
menikmati indah alam-Nya
Kini menunggang burung besi ke sana ke mari
menyempurnakan urusan sambil berwisata
keliling dunia.

Paridah Ishak
Selayang Utama

SAJAK  3.7

ZIKIR DALAM HUJAN

Kala rintik-rintik hujan
membasahi bumi kering kontang
bergemalah alunan katak sahut-sahutan
melagukan zikir kegembiraan kesyahduan.
Setiap hela nafas adalah zikir
tidak pernah terlupa di mana hadir.
Walau asyik melompat ke darat dan ke air
andai terlupa zikir di hati
itu yang ditemui
katak terbungkang di jalanan
dilenyek kenderaan jalanan.
Berzikirlah sebanyaknya basahkan lidah
tanda syukur kepada Allah mengelak masalah
laksana gemaan katak memanggil hujan.

SAJAK  3.8

PESONA BAYANG-BAYANG

Sudah tergonggong seketul tulang
bangga sungguh rasa di hati
diusung merata ditayang-tayang.
tidak mungkin dilepaskan
kemas dicengkam gigi geraham.

Mentarik terik di tengah hari
segera ke tasik anjing berlari
tekak yang kering ingin dibasahi.

Tasik biru berair tenang
Di dalamnya wajah terbayang
Terkejut memandang seketul tulang
hadir tamak sukar terhalang
ingin direbut lagi mesti dan pasti.
Ketamakan yang membawa padah
Anjing ditipu bebayang sendiri
mengejar rezeki tanpa fikir akan
tercebur ke tasik lalu mati
dibalas serakah diri.

Paridah Ishak
Selayang Utama

SAJAK  3.9

PERJUANGAN

Yakinnya arnab memenangi perlumbaan
Mengatasi kura-kura yang mengensot perlahan
Tidak ragu dengan ketangkasan
Memecut laju dalam perlarian
Mudahnya kura kura jauh di belakang ditinggalkan
Namun kura kura tidak gelabah
Tidah dikusuti rasa kalut
Tidak dipeduli menang dan kalah
Tetap berlumba walau berinsut
Semangat juang kura kura yang tinggi
membawa kemenangan kepada dirinya
Lantaran arnab diperdaya diri
Ketangkasan, kepantasan, kecerdikan membuatnya letih dan terlena.
Kura kura meneruskan perlumbaan ke pengakhiran
Dengan tekad keazaman
Dan yakin dengan takdir Tuhan
Walau dalam apa keadaan.

Paridah Ishak
Selayang Utama

SAJAK 3. 10.

SEKAWAN ITIK PULANG PETANG

Senja semakin membirai tabir langit
Kelihatan itik berderetan di permatang bendang
Pulang ke reban berkawanan dengan girang
Meninggalkan siang untuk nikmati saat malam
Setelah kegiatannya berterusan seharian.
Masa ditentu dengan urusannya
Maghrib yang pendek fardunya tunaikan segera
Mempersiap diri secepatnya jangan terlambat
Ibarat sekawan itik yang pulang tidak pernah lewat.

Paridah ishak
Selayang Utama


4. BALADA KEHIDUPAN
Sajak  4.1
SENJAKALA HENING
Rona jingga horizon
layang layang melayang-layang merentasi samudera
langkah diatur memijak pasir berdesir
semakin lemah semakin payah.

Senjakala di serambi sunyi
berteleku mengenangi fitrah diri.

Senjakala mengakhiri suasana
muazin  menggema azan syahdu
beralun sendu suram kelabu
dan seorang kawan baik, kawan bersenda
kehabisan nafasnya
hilang bicara.

Langkah mendahului
bakal dituruti pasti.

Paridah Ishak
Selayang Utama

Sajak  4.2

TAMAN HERBA DI SISI DAPUR
Penangan GST ( Goods servises taxs) menggelut desa terpencil
mentelah berada di tengah kota raya
bebanan ditahan pundak jelata meleta
fiskal memangkin ekonomi meranggas
pilihan negara tercinta
tiada daya menolaknya.
Diadaptasi sebaiknya mengurus kewangan rumah tangga.
Para suri berkreaviti hemah berbelanja seada sahaja
menguak ledakan inflasi memuncak
mengelak pembaziran mengurangi keperluan.
Tanah hujung dapur yang tidak laha
manfaat cara perguna efisien
sarat disusun bahan kitar semula.
Botol minyak pelastik, besen buruk diisi tanah berbaja kompos
disemai kesom, serai, pandan, daun kari, daun sadri, cili padi
tomato, kangkung, limau kasturi.
Membugar hijau berumpun
pelbagai herba dapur kegunaan se hari-hari.
Jika selalu hendak dibeli
surut juga duit.yang susah dicari
nilainya pula makin susut menipis.
Elok amat berjimat cermat
hiduppun selamat dunia akhirat.
hikmah kesabaran undang bahagia.

Paridah ishak
Selayang  Utama

Sajak 4. 3
GADIS DAN BUNGA SAWIT
Tika masih awal remaja
amat muda belia
aku sudah mula berkarya
menolong ayah bonda
mengumpul belanja musim tunggu
keputusan periksa tingkatan tiga.
Menyusuri lorong ladang sawit
turuni lembah randuk paya
mendaki bukit.
Bersama anak-anak gadis sealiran
dengan pam penyembur debunga jantan di tangan.
Jambak bunga sawit mekar ditemui
segera disembur agar tambah segar.
Pendebungaan bantuan dilakukan
mempercepatkan kemenjadian buah di tandan.
Kini klon sawit gen baharu
tidak perlu semua itu.
Pendebungaan sawit berlaku alami
Semula jadi.
Era generasi lalu telah berlaku
setiap selepas subuh
sekumpulan gadis awal remaja
berlarian menaiki treler lori
untuk bekerja mengahwin bunga sawit
di ladang FELDA
Ah! Kenangan mengusik minda.

Paridah Ishak
Selayang Utama

Sajak 4.4
TAMAN SYURGA
Termangu berteleku terkaku
di batas rindu berurai air mata
justeru genggaman tangan yang terlerai satu persatu
merakam memori silih ganti.
Pamitan menggusarkan perasaan
tiada lagi ayahanda mengiring jerih rasa hidup
yang menggelombang ombak pasang surut
mengongsi derita usia
sambil berkarya mengais rezeki bertani
hingga akhir nafasnya.
Hilang sudah kelibat Pak Lang
kala senja menjelang dalam sujud subuh panjang
lelah membajak bendang.
Melangkah jauh meninggalkan jejak
budinya berserak.
Suara bonda Ateh telah sirna
sentuhannya lunak dengan senyum tawa
mengadun pegaga, serai, lengkuas, aneka pucuk kayu
ramuan nasi ulam
Ramadan lalu
sandaran dukaku seketika
gamit selera.
Mengimbau citra
deruan hujan mendingin nyaman pagi
khabar dibawa menyetuh hati
terkedu terkesima sendu berlagu sayu
Pak Njang adinda ayahandaku keempat
sudah berpindah tempat.
Hapus bicara alam sementara
seorang bapa saudara
kebaikannya gemerlapan bak mutiara.
Insan kamil mulia tidak lokek keprihatinan
adalah para petani gigih
cinta akan tanah-Nya.
Lalu penyesalanku berpanjangan
lantaran tiada dayaku membalas
segenap kebajikan yang bertabur sepanjang
denai kehidupanku
hingga pengakhiran.
Jasa budi kenangan abadi
hingga bersua lagi di sisi Dia
kelak yang pasti
di sebuah taman syurga.

Paridah Ishak
Selayang Utama

Sajak 5.4
KHABAR HUJAN
Awal pagi dingin Jumaat mulia
menderu-deru titis hujan dengan ritma
kadang lebat kadang sederhana
berulang tiada hentinya.
Petir kilat bersilat cahaya
kadang ada suara guruh
berdentum nyaring
mengejutkan damai.
Dalam kekalutan
terkesima menerima khabar
lewat udara maya
seseorang sering di sisi
mengusung derita diri ini
ke mana saja
meninggalkanku selamanya
pulang kepada-Nya
mengukir sayu hiba
melorek duka
membekas sukma.
Kuiring untaian doa
berbahagia meraup cinta abadi
alam baqa di sisi-Nya.
Al-Fatihah

Paridah Ishak
Selayang Utama

Sajak  4. 6
DANGAU  BURUK DI KAKI GUNUNG
Datukku menggateh basikal tua
dari hujung desa ke kaki gunung Jerai
puncaknya tampak berbalam bermain awan.
Di tepi dangau beratap rumbia tubir jalan
kayuhan basikalnya dihenti
disandar letih di tiang kayu gelam.
Sepasang tangan lisut kulit berurat
kemas menggenggam lading tajam berkilat
telah diasah dengan cermat
demi menjelajah semak dusun
menyelirat jalaran merata
membungkus sepi tidak terurus
namun mewarnai kehidupan.
Dengan meriah hadirnya musim buahan
Se hari suntuk berada di situ
di bawah redupan pohon durian, langsat, duku, manggis, pulasan
memercik wangi bunga barunya
datukku merenung alam sekitarnya
sedang tubuh tergeletak di dangau buruk
mengusir lelahnya istirehat lena.
Dusun pusaka di gunung Kelam ini
menggamit anak cucu pulang
membawa kebahagian yang dirindu
datukku nan sendirian di desa
lamunnya penyatuan keluarga tercinta.

Paridah Ishak
Selayang Utama
Sajak  4.7
SEORANG SEMELAI

Di rimba ini
akulah penghuni
Orang asal pribumi sejati
seawal pagi bersama murai
riuh berkicau di puncak pohon
diiring rerama meriah warna mengutip embun
reruak, puyuh, punai ayam-ayam
berlarian menyusup semak.
aku laju menuju sungai Pahang mengalir tenang
tebing Bera.
Jernih air dingin membasah tubuh
ralit bermain anak anak sempilai, kelah, sebarau, toman
 berenang-renang nyaman
tiada gangguan
Dari sisi pondok ibu melaung
cepat pulang berpakaian
ke sekolah kita
Oh! Aku sudah hampir terlupa
bersarapan dulu ubi rebus tanaman ayah ibu
pesan penting guru kuingat selalu
galas beg buku bonceng motor ayah
ke sekolah berkuliah
guru tersenyum menyambut
gigih menabur ilmu
didik anak bangsa
agar berjaya.
Kususuri setiap hari
Indah taman rimbaku
menghantar lelahku, bermain perah
mengutip merah saga
mengira ilmu metamatika
sesekali terlena, di bawah rendang tembusu.

Rimba sekitarku ini,
Tempatku mencari dedaun herba
kembang semangkuk, tongkat ali
menyusuri banir jejawi
bersirat akarnya hingga ke tepian paya.
Bahan jualan ayahku
Kepada pengguna
Mengais sedikit rezeki
Aku anak rimba ini bersama
keruing, halban, tualang menjulang
tumpuan lebah dan kelulut
menghimpun manis madu nektar bunga bunga
pesona flora aneka warna
melayut kemboja, kenanga, exora
harum tanjung menyebar wangi
anggerik menumpang di dahan
meliuk-lambai dalam senyum
beralun membelai bayu.
Aku masih di sini
Denai dan lorong rimba diredah
laluan fauna, unggas melayang
kembara kehidupan kami penghuninya
melestarikan budaya dan adat
setia bersama indahnya
alam semulajadi
jangan ada sesiapa berani
mengusik warisan tanah rimba
nenek moyang kami
biar kita sama menjaga 
mejadi wira
mempertahan tanah merdeka sekian lama
kerana kita juga
ingin mengongsi rezeki milik-Nya hingga akhirnya.

Paridah Ishak
Selayang Utama.

Sajak  4.8

SEBARIS PEMANCING
DI BATAS BENDANG

Bok buluh panjang di tangan
dan gadis gadis kecil
leka merenung air tenang yang
kadang meriak
kadang berolak.
Tanda ikan ikan sepat puyu keli haruan
berenang nyaman
perhati umpan
di celahan anak padi menghijau
baru ditanam di dalam bendang.
musim berderau teraju usaha
masyarakat desa.
usai segala.
Sebaris gadis kecil
Akulah antaranya
hanya duduk-duduk di permatang
seraya sembang perlahan
bimbang ikan ikan kedengaran
lari tidak ketahuan.
Sabarnya
menanti ikan tersangkut
di ujung tali tangsi berkail tajam
Petang semakin berhujung
senja bersambung di horizon
Sebaris gadis kecil menyandang joran di bahu
tidak jalan beremba
menjinjing raga selamba
pandangan jatuh
Ikan puyu tergelitik sepuluh
hidangan malam
menanti takdir esok. 

Paridah Ishak
Selayang Utama


Sajak  4.9

WAU EMAS
(Mengenang kehilangan MH370)
Bertahun lalu
Wau emasku leka bermain awan
ke utara
ke selatan
ke timur
ke barat...
dengan senyum ceria
menghulur salam.
Sayang 
tali kipas takdirnya terputus
tiada daya mengawalnya melawan
hembusan angin langit
lazuardi
yang menghumbankannya
ke samudera bergelora
hilang ditelan alam gelita
puas dicari ke mana-mana.

Ah!
alangkah sedih
alangkah sendu
menemuimu begitu
berlinangan airmata
hilang suara
menangisinya.
hiba.
sayapmu patah
wajahmu basah... 
demikianlah takdir Allah.


Hati ini melihatmu
masih terbang sambil melambai-lambai
mengucapkan salam perpisahan
menongkah arus lautan
menujah langit dalam perjalanan berterusan
langkah mendahului yang lain-lain.
walau sukarnya hati melepaskanmu pergi..
tapi zahirmu rahmat ilahi
kepada-Nya dirimu kembali.
Paridah Ishak
Selayang Utama

Sajak 4. 10
SERAMBI SEPI
Di sini lagi
bersama vanda,cateleya, dendrobium, butterfly, hybrid aneka
mengorak kelopak ranggi
harum mewangi.
mengusir sepiku di serambi.
Anggerik hiasi suasana
menemani kesendirian.
Terentang lorong kecil di hadapan
luncur basikal anak-anak menggateh ke sekolah
para pekebun bermotor laju
turuni lurah bukit
hala kebun sawit.
Senyum terbuka
mengiring ramah tegur sapa
“Wah! Cantiknya anggerik galak berbunga
Jom ke kebun kita tuai rezeki sawit pula.”
Mandalanya diperbukitan
menggamit pandangan meraih tujuan.

Paridah Ishak
Selayang Utama
5. FRASA SATIRA
5.1

BENING MATA SI KECIL

Si kecil sesak nafasnya
bulat retina mata menyapa bundar wajah mama
hatinya diragut sayu ingin dikongsi cerita haru yang baru saja
mengejutkan naluri kasih yang keliru.

Kenapa mama?
Kenapa apa?
Kenapa orang itu campak “baby”nya...
kesian “baby” di atas rumput.
abang sayang adik.
abang tak akan buang adik ke atas rumput...
berdosa...
nanti masuk api neraka.

Wajah abang kecil sendu kelabu
jemari membelai  rambut ikal adik
sedang menyusu.

Abang kecil erat dalam rangkulan
neon TV menggambar
catatan kehdupan
yang berulang.
manifestasi galau kehidupan
berterusan.

Paridah Ishak
Selayang Utama

Sajak 5.2

ZOO NEGARA

Kakak tua comelnya rupa
kadang mengguruh bercerita
kadang leka berseloka
kadang berdendang riang
kadang menari girang
takjub sungguh citra pandang.
Kakak tua cantik itu
kadang berbahasa Inggeris fasih
kadang bertutur Melayu
lunak susun frasa.
Perilaku bikin terkedu
ujub termangu
terkesima hilang bicara
kecindannya lompatan pradigma
urut dada nafas dihela
Alahai kakak tua.
Warna warni auramu
mempelangi suasana
pada situasi beku.

Paridah Ishak
Selayang Utama

Sajak 5.3
SISI PERJALANAN
Seiring dengannya apa yang dibawa
ke hulu ke hilir jangan tega menongkah arus
kelak lelah sungguh menguaknya
mencari tanda mula
namun jangan sirna putus asa
kebarangkalian apapun
sukar terduga.

Cahaya kadang samar di ujung terowong
kadang samar tidak berpenghujung
dan harapan tidak salah terus digantung
Insya-Allah.
Reda semata berpasrah
digugah resah membelasah
bukan berserah.

Paridah Ishak
Selayang Utama



Sajak 5.4.
HUTANG BUDI

Pisang emas bawa belayar,
masak sebiji di atas peti;
hutang emas boleh dibayar,
hutang budi dibawa mati.
Riangnya berdendang sambil bergendang ralit berkompang
pantun klasik irama asyik.
Mengenang-ngenang kewajaran
orang berbudi kita berbahasa
orang memberi kita merasa
tidak hanya merasa sahaja
namun tahu membalas jasa.
Membalas jasa membalas budi
apa diingini diperolehi lagi.
Usah risau usah menggusar
rezeki Ilahi tidak berkisar
sayugia berbudi demi insan
ganjaran Rabbi pasti
tidak kan mungkir.

Paridah Ishak
Selayang Utama
23/03/017

Sajak 5.5
SENDIRIAN

Gandingannya pasti sunyi sepi
kemurungan menjerat diri
terkurung di dalam situasinya melemaskan
merimaskan
emosi kacau bilau.

Ayuh lari lepaskan diri
jelmakan dalam ruang kesibukan
dan kegembiraan menyerlahkah?
Entahlah.

Kadangkala
kesendirian mendamaikan
kesunyian kesepian menenangkan..

Paridah Ishak.
Selayang Utama

Sajak 5.6
HANYA WAYANG
Kilau kemilau emas perak
terpana tanpa suara menatangnya kagum
tambah dibuai indah bahasa lunak bersajak.

Lena pun mencumbui
alpa pada sekitarnya
pada realitinya.

Sayangnya tidak kemana sudahnya
akhirnya tamatlah semua bicara
salam perpisahan yang diucapkan
tidak rela masih enggan
walau disapa kebenaran..

Melambai pula jengah pertemuan baru
menghulur janji manis kala kali pertama bersua
memeteri sesungguh hati
tanpa ragu tanpa sangsi.

Sayang teramat walang
kemilau emas perak yang memukau
pesona berbisa

lembut lidah berbahasa mengukir kata
mempesona
hanya lakonan
hanya wayang.

Paridah Ishak.
Selayang Utama


Sajak 5. 7

SEPINYA MALAM INI

Sepinya malam ini.

dicemari rasa menghiba diri

meluah segenap kedukaan

dan berurailah tangisan berpanjangan berulang.

Dalam sujud kepada-Mu aku berkisah

mengadu susah menghampar resah

Segala resahku iniku mohon Kau ambillah.

Aduhai malam!

Nur bintang bintang

masih berkerdipan di dada langit-Mu

Kilau kemilau bersatu auranya terpana tanpa suara akan kagumnya

meski rembulan berselindung

ketara menjauh.

Kenapa kau simpan gusar itu pada rembulan yang

semakin pucat kerana sinarnya yang sirna


bukankah telah terkubur semua cintamu 

di dalam laut China Selatan

yang berolak-alek pasang dan surut.


Aduhai malam

biarkanlah rembulanmu berkelana

kemana saja

walau ke selat Sunda

lupakan cahaya pucatnya

biarkan lena mencumbui mengajak beradu

dan alpa pada sekitarnya pada realitinya.



Paridah Ishak
Selayang Utama


Sajak 5.8

EMBUN DI HUJUNG DEDAUN
Ingin kukutip embun di hujung dedaun
untuk kukarang kalungan mutiara mimpi
menghias sang pari-pari
bermain di birai kayangan.

Setiap pagi rasa teruja
mengintai buli-buli jernih embun
bersih dan suci, penuh bahagia
tetapi sementara cuma.

Embun di hujung dedaun
kian sirna disimbahi panas
cahaya megah ratu siang
menguasai alam.
Dan embunpun menghilang
dari pandangan.

Paridah Ishak
Ulu Jempol,
Pahang.



Sajak 5.9
RERAMA
Rerama terbang membawa indah
warna-warni kepaknya
ke rimbun hutan dara
menghisap madu.
Rerama itu pernah hinggap
di sanggul nostalgiaku
memberi kemilau bahagia
memberi dalamnya luka.

Rerama semakin terbang jauh
ditelan rimba dara
meninggalkan aku di ranjang rindu
dan aku sering menyelak kembali
lembar silam itu.

Paridah Ishak
Selayang Utama
.

Sajak 5. 10.
YANG PASTI
Dalam kandungan teranggur
gugur.
Di muka jendela dunia
tidak terbuka kelopak mata.
Dalam sujud dalam tidur
tanpa sedar jatuh tersungkur
tika duduk
lesu tertunduk
kala berdiri
bersama sesiapa walau sendiri
lemah sendi.
Dalam tawa riang ria
hilang suara.
Dalam sedih dalam sakit
terjerit perit
digamit.
Dimana saja terpana
di awan tinggi
luruh ke bumi
di lembah sunyi.