PUISI PERTIWI KERSANI..

ASSALAMUALAIKUM...

PUISI PERTIWI KERSANI

Sajak 1. 

SEKUJUR TUBUH ITU
Saat yang sangat meletihkan mendatangi
lesu kaku seluruh tubuh
keyakinan yang semakin rapuh
sendupun merusuh
Apalah daya meminggirnya
entah untuk kesekian kali
ulangannya begitu
mengharukan sungguh
Apakah semangatnya hilang?

Taburkan kelopak mawar putih
di tengah kolam teratai
dengan semerbak wangian pandan
dan bersiramlah  sembari bermentera
Berserulah
berkat la ila haillallah
memanggil semangat kersani padu
agar pulang ke dalam jiwa
ke dalam jasad
kesatuan manusia
yang sedang meratapi kehilangannya

Bingkaslah berpencak silat

memperjuang impian terhalang         

demi pertiwi

Sajak 2. 

ILTIZAM WIRA

Yakinnya arnab memenangi perlumbaan

mengatasi kura-kura yang menapak perlahan

Tidak ragu dengan ketangkasan

memecut laju dalam perlarian

Mudahnya kura kura jauh di belakang ditinggalkan

Namun kura kura tidak gelabah

tidak dikusuti rasa kalut

tidak dipeduli menang dan kalah

tetap berlumba walau berinsut

Semangat juang kura kura yang tinggi

membawa kemenangan kepada diri hakiki

Lantaran arnab diperdaya jiwa keangkuhan

Ketangkasan, kepantasan, kecerdikan membuatnya letih dan terlena.

Kura kura meneruskan perlumbaan ke pengakhiran

dengan tekad keazaman

Dan yakin dengan takdir Tuhan

walau dalam apa keadaan.

sajak 3. 

ZIKIR MUNAJAT SEORANG MUKMINAH

Zikir munajat kepada-Mu

 mohon rahmat dan restu

bersama setia detik jam mengetuk pintu waktu.

Malam-malamku lena ditemani mimpi terindah

melihat megah Baitullah

dikelilinggi lautan manusia bertawaf dan berzikir munajat

 dan ada sinar dari hajar aswad

memancarkan cahaya di dadaku.

Kutatap mercu gemilang kubah hijau

tenang masjid Nabawi menyambutku

saat aku singgah

 di laman maya menziarahi makam rasulullah saw tercinta.

Ya Rabbi, sebelum Kau jemput aku kembali

 impianku menjadi tetamu-Mu

dan menjejak makam kekasih-Mu di alam realiti.

Demikian zikir munajat seorang mukminah

saban waktu mohon mimpi menjadi benar

meskipun tawaf dan ziarah

hanya mampu di atas kerusi roda.

Sajak 4 

HAI MURAI

Hai murai
yang sedang bersiulan di pagi hari hening
teruskanlah kicauan nyanyianmu
kibarkan bilah sayapmu
merentasi tenang dan dingIn suasananya

di hujung pucuk cemara

pinggiran desa

tanah air tercinta

Hiruplah harum dedaunan dan bunga-bunga
yang berkemilauan di atasnya
butiran embun
yang gemerlap
bak mutiara

Nikmatilah semaumu
segala estetika fenomena sementara

Kerana
tatkala suria menjulang di puncaknya
pastinya kaubakal kehilangan
segala-galanya

Sajak 5 

LINGKARAN DUKA

Terkial-kial melepasinya
namun tidak terdaya menolak kabut mendung gelap
pergap yang teramat melapisi
kontang peti suara
lelah mencoret makna
sekian lama raungan jiwa menggema
dipersisikan saja dengan menggenggam kesabaran
biarkan dukalara
mengubat sengsara
seolah salju yang memutihi sahara
walau gersang gurunnya
ketara hanya fatamorgana

tidak terdaya lagi
melepasi lingkaran duka yang berlapis-lapis itu
kerana gendalanya yang tidak tertangkis

Biarkan catatan bajet harapan

melunasi impian

setiap marhaen

yang dianugerahi mimpi indah

sehingga malam gelita berlalu

Sajak 6

WARIS KITA

Zuriat baru
yang mewarisi impian silam
nan tidak tergapai tangan
jangan nyanyikannya dengan lagu-lagu
yang menggamit nostalgia
yang mahu dilupakan

Kenapa langkah punah itu
mahu dibaca catatannya kembali

Semuanya adalah sketsa kesilapan

Biarlah lakaran baru diukir
dengan rupa ceria
lagi gemilang

Padamkan nota-nota celaru itu
jangan selak lembarnya lagi

Berkoleklah di tasik hati
lalu merenda bahasa puitis
melukis bait-bait harmonis
mengisi hari dengan warnanya

Walau kadangkala kesunyian 
yang lapang lagi panjang
membosankan

Mengisinya dengan ratib zikir

mohon hidayah

Sajak 7 

GELAP PENJURU TIANG

Senja baru berlalu

dan isyak melepasi waktu

ruang istirehat menjemput tamu

segera lena beradu

Peta minda berhenti melakar karya

justeru kelelahannya sepanjang usia mengaturnya

menurut rencana

Nikmatnya melelap sepasang mata

dengan jenera

sepi segenap ruang

Penjuru tiang dimamah gelita

dimensi mimpi mewarna-warni pelangi

moga esok masih harum mewangi

berseri

Sajak 8 

YANG TERSUNGKUR ITU

Tersenyum mengurung pilu

sepinya seperjalanan berlagu

ritma haru sendu

Tidak ingin dikongsi ceritanya

dendam yang tidak terpadam

mengeram terendam

kesudahan entah bila

Luahan frasa mengungkap rasa tiada bicara

dalam surut pasang bak ombak

menyimpul rahsia jiwa

Yang tersingkir itu

terus ditinggalkan waktu

Kusut hati rusuh geruh

menyesal sungguh

istirja’ innalillah ilaihirojiun

Namun apalah daya

suratan menyingkirkanmu

dengan tiada ragu di pinggiran waktu

Kaupun termangu-mangu terkedu

sajak 9 

WANITA JELITA WANITA RUPAWAN

Wanita jelita mulus wajahnya anggun bergaya

alis mata lentik cantik kening terbentuk dipantis

pipi merah montok menggebu

bibir mongel terlukis manis

bicaranya petah membalas hujahan

berkerudung anggun merah biru

menawan kolbu

berjuang penuh garang di dewan persidangan

menggenggam hakiki kepercayaan

pada sebuah realiti perjuangan

dan wanita rupawan ayu tulus rautnya

Lemah tutur kata

kadang hilang bicara berombak di dada

bagaimana sudahnya minda mencongak kira sedang nawaitu kekal jitu

di sudut dunia sebelah  situ

tidak sempat berpantis bercelak bergincu

yang diingat cuma destinasi

akan sampai tanpa sangsi

membawa missi pasti suara hati

teriakan lolong kesedihan menyentuh perasaan

yang dipohon doa restu bertalu

misi Gaza berjaya tidak sia-sia

watan Pelastin bumi anbia dibantu apadaya

walau menggadai nyawa merentas samudera

silap gaya meninggal dunia

dengan reda demi saudara seagama

menyempurna fardu kifayah ke alam baqa

Wanita wanita menggoncang dunia

berbeza peranannya

Sajak 10 

MENGUKIR KEBENARAN

Umpama
Seindah jambangan bunga nan meriah
lalu bayu mulus dari gunung turun mengusapinya
dan menyapa memesrainya

Sirnalah kebenaran dan kepercayaan
cairlah panas amarah
sukar pula menilai seluruh diri
hanya sekujur imej zahir

Malanglah dirimu seterusnya
kerana kebenaran yang ingin diraih
tenggelam hanyut

Alun bayu yang lembut itu
telah menukarnya dengan gubahan kata
membawanya ke kota bantah
yang teguh jitu
namun pasrah

Bukankah ada Dia
tempatmu mengadu resah
mengapa tidak menggubah kata seindahnya

mengasah senjata malam

Paridah Ishak

Selayang Utama

4 Nov 016