Monday, February 6, 2017

SAJAK GAKSA VOLUME 2

ASSALAMUALAIKUM...

ANTOLOGI SAJAK GAKSA VOLUME 2
Sajak 1
PERCEKCOKAN APAKAH INI?
Buana sebelah sini
riuh gemuruh seluruh
laksana petir berdentum dentam
mencerahi alam dengan warna dendam
yang hitam
Sakan pergelutannya
bergomol bertendang terajang
sepak menyepak ke sisi jurang
menjatuhkan lalu membunuh
Sebelum terjadi hakiki
berspora tebaran fitnah adu domba
bukan nyata kebenaran diperhitung
mungkin sekadar memperjuang untung
Yang memerhati menggelumut wajah
penuh resah
deria dengar disumbat kapas
berita diserak cuma hampas
Sabar menanti kehendak Ilahi yang pasti
Sujud tawadduk

Paridah Ishak.
Selayang Utama
29/01/017



Sajak 2
SEPINYA MALAM INI

Sepinya malam ini.
dicemari rasa menghiba diri
meluah segenap kedukaan
dan berurailah tangisan berpanjangan berulang.

Dalam sujud kepada-Mu aku berkisah
mengadu susah menghampar resah
Segala resahku iniku mohon Kau ambillah.

Aduhai malam!
Nur bintang bintang
masih berkerdipan di dada langit-Mu

Kilau kemilau bersatu auranya terpana tanpa suara akan kagumnya
meski rembulan berselindung
ketara menjauh.

Kenapa kau simpan gusar itu pada rembulan yang
semakin pucat kerana sinarnya yang sirna
bukankah telah terkubur semua cintamu 
di dalam laut Cina Selatan
yang berolak-alek pasang dan surut

Aduhai malam
biarkanlah rembulanmu berkelana

kemana saja
walau ke selat Sunda
lupakan cahaya pucatnya
biarkan lena mencumbui mengajak beradu
dan alpa pada sekitarnya pada realitinya.



Paridah Ishak
Selayang Utama
9 Mei 015. 





Sajak 3
HATI  BONDA
Putera-puteriku,
hadirmu buah cinta ayah bonda
bintang bersinar alam rumah-tangga
menerangi jagat raya.
Semalam,
ketika kau menangis
mengundang risau dan bimbang
ketika kau senyum ceria
sirna segala duka bonda.
Kudakap tubuh kecilmu kauterlena di dada bonda
tanganmu melingkar di pundak bonda dalam kusut rambut.
Kucium aroma wangimu
sambil mengelus pipi gebu dengan sebuah harap
kautetap kecil dan montel sentiasa dalam pelukanku.
Hari ini,
kautelah dewasa menongkah arus
gelombang hidup penuh pancaroba
dan mulai melupai masa kecilmu.
Putera-puteriku,
saat bonda meniti usia emas ini
dalam payah menempuh hidup
tanpa kudrat tenaga sakitnya, menangung luka ini.
Tetapi duka rasa sepi
biarlah hanya sebuah mimpi
menyempurnakan lena dinihari.

Paridah Ishak
Ulu Jempol,
Pahang.
Januari 2014.
Sajak 4
RERAMA

Rerama terbang membawa indah
warna-warni kepaknya
ke rimbun hutan dara
menghisap madu.

Rerama itu pernah hinggap
di sanggul nostalgiaku
memberi kemilau bahagia
memberi dalamnya luka.

Rerama semakin terbang jauh
ditelan rimba dara
meninggalkan aku di ranjang rindu
dan aku sering menyelak kembali
lembar silam itu.

Paridah Ishak
Ulu Jempul,
Pahang.
2014.



Sajak 5
JERITAN GAZA.
Raung tangis menyayat tiada surutnya
luka merah darah mengalir
di kepala, di mata, di kaki.
Kau tetap berdiri teguh
di bawah langit malap berasap
dicerahi cahaya ledakan mortar
Allahu Akhbar!
Tegar jiwa dan diri
berlindung di sebalik runtuhan
angkara monster-monster di kelilingmu.
Ya Rabbi, demi;
- kekuasaan-Mu
            - kekuatan-Mu
            - kekayaan-Mu
            - keagungan-Mu
Kau sengkelingkan tangan-tangan zalim
agar mereka tidak berdaya lagi
melakukan kehancuran dan kemusnahan ini.
Gaza kecil dan terpencil
menangis sendiri tanpa pembelaan
ketika, dunia sibuk dengan
wacana-wacana keselamatan
tetapi tiada tindakan.
Apakah dosa mereka? saat sedang berpuasa Ramadan
dilantarkan derita mayat bergelimpangan
di celah-celah dentuman perang yang tiada kesudahan.

Paridah Ishak
Selayang, Selangor.
Ramadhan 1435H.
Sajak 6
MENCORET SUARA
Suara yang lemak merdu
pinjaman-Nya sementara
diambilnya semula demi peristiwa
Lalu kelu membisu
hilang bicara
Tiada lagi tutur indah lunak
Tiada lagi tutur sayu hiba
Tiada lagi tutur rusuh sesal
Tiada lagi tutur garang marah
Aksara yang terhimpun
membeku terendam di kolbu
memeram rasa
Lalu dicoret satu persatu
Masihkah tertafsir maknanya?

Paridah Ishak
Selayang Utama
28/01/017




Sajak 7
YANG PASTI
Dalam kanndungan teranggur
gugur
Di muka jendela dunia
tidak terbuka kelopak mata
Dalam sujud dalam tidur
tanpa sedar jatuh tersungkur
Tika duduk
Lesu tertunduk
kala berdiri
bersama sesiapa walau sendiri
lemah sendi
Dalam tawa riang ria
hilang suara
Dalam sedih dalam sakit
Terjerit perit
digamit.
Dimana saja terpana
Di awan tinggi
Luruh ke bumi
di lembah sunyi
Di gunung ganang
terjunam ke jurang
Di tengah lautan
tenggelam karam


Di mana saja yang pasti
Takdir-Nya adalah janji
Yang tidak mungkin dimungkiri
Perkahwinan yang abadi
Hingga akhir nanti..

Paridah Ishak.

Selayang Utama.
2 Okt 015.
Sajak 8

KALA AKU MULAI BERSAJAK
Sudah lama tintaku berselimut sepi sendiri
yang dilayaninya cuma warna-warna perasaan kusam
harubirunya menggeluti perihnya luka yang tercipta...
lukanya segaris cuma namun kesakitan
mengiringi langkah yang diatur menelusuri jalan hidupnya yang entah bila penamatnya.

Tintaku mulai menari untuk bersajak semula...
bait-baitnya laksana kalongan mutiara
yang terputus
dan dikutipnya satu persatu dengan hiba
kerna mutiara perhiasan dirinya
tidak kekal di leher jenjang ...
sudah berserakan...

Ahh!  Mutiara putih gemerlap jernih itu
terus berjatuhan mengiring tintaku
yang semakin rancak menari
dan mengukir lukisan kesedihan.
sambil kalimah-kalimah suci menggema
mengusir rasa
nan beralun mengombak pantai sunyiku

dan sajakku mengatur aksara dengan mutiara air mata.

Paridah Ishak
Taman Selayang Utama
16/01/017






Sajak 9
HAKISAN
Penangan luluhhawa
Iklim semi bergantian
menuruti situasi semasa
Seiring perubahan ide bijaksana
cerminan gaya dominasi
pengaruh alami
mengikis perlahan menggenting
tanpa sedar justeru terjuling
pada pesona rekaan tiruan
yang berantakan
Keaslian jatidiri yang sirna
dibuai serakah mahu
Keteguhan yang terbina awal masa
makin condong
gayat menyembah bumi
tidak terdaya mempertahankannya
lantaran kegentingan makin
halus menirus
Kepercayaan yang terhakis
melupuskan sejarah
Yang dibina bersusahpayah
Demikianlah

Paridah Ishak
Taman Selayang Utama
4/2/017



Sajak 10
OBSESI
Melampaui perkiraan sebenar
dengan alasan membenarkan segala cara
meski mengelirukan faham dengan pengadilan
menurut pertimbangan mizan kebenaran
Namun begitulah metamatika keinginan
mempersoalkannya bagai fitnah nista
Leta jelata terkedu manafsir
Bicara lunak diolah
Konon dengan kebenaran yang meninta bukti
disenarai pasti
berbunga riak diharumi kemegahan
mengirai lagu obsesi ragu
mengeliru merisaukan
Jelmaan keputusan
Seharusnya mengolah perubahan
sebening harapan
Yang dipertaruhkan

Paridah Ishak
Selayang Utama

31/01/017

No comments:

Post a Comment